Stigma Penyakit Guru
Masa Oemar Bakri, sosok guru terlihat sehat dengan sepeda kumbangnya. Kalaupun ada yang kurang dan tampak seperti penyakit, itu karena keadaannya yang terlalu sederhana yang seolah-olah menggambarkan ada kekurangan dalam kehidupannya yaitu “kesejahteraan”.
Pada saat guru identik dengan sebutan “kuli kapur”, karena pekerjaannya yang berhubungan dengan papan tulis dan kapur, maka guru ditenggarai rentan terhadap penyakit TBC dan paru-paru. Pada masa itu guru masih termasuk pekerjaan yang tidak dikehendaki dan dihindari orang.
Saat ini, papan tulis hitam ( black board ) dan kapur tulis sudah diganti dengan white board dan spidol. Gambaran sosok Oemar Bakri pun mulai terpupus, kesejahteraan tak lagi menjadi masalah. Pekerjaan sebagai guru mulai menjadi pilihan yang berarti dan ramai dilirik orang. Namun, apakah guru sudah terbebas dari penyakit? Ternyata, masih ada setumpuk penyakit yang melekat dan menjadi stigma penyakit guru pada saat ini. Penyakit apakah gerangan?
1. Tipes : tidak punya selera
2. Mual : mutu amat lemah
3. Kudis : kurang disiplin
4. Asma : asal masuk kelas
5. Kusta : kurang strategi
6. TBC : tidak bisa computer
7. Kram : kurang terampil
8. Asam urat : asal sampaikan materi urutan kurang akurat
9. Lesu : lemah sumber
10. Diare : di kelas anak-anak remehkan
11. Ginjal : gajinya nihil jarang aktif dan terlambat
Penyakit tersebut diatas, sering dijadikan alat untuk mengolok-olok keadaan guru pada saat ini. Namun, meskipun penyakit diatas sering dianggap hanya sebagai guyonan namun cukup untuk membuat kita sedikit berintrospeksi menilai diri kita sendiri.
Sebenarnya kita sebagai guru bisa terhindar dari berbagai penyakit tersebut. Semangat untuk selalu memperbaiki kualitas diri merupakan langkah awal untuk memperoleh kekebalan yang diantaranya bisa kita peroleh melalui kegiatan Bermutu. Kualitas diri guru itu juga yang nantinya akan menjadi modal bagi suatu kemajuan, karena guru adalah pilar peradaban dan motor kemajuan suatu bangsa.
Selamat dan tetap semangat untuk semua. Mudah-mudahan semua upaya yang dijalankan dapat menghindarkan kita dari berbagai penyakit yang kerap datang menyerang dan menjadi stigma penyakit guru seperti tersebut diatas.
Pada saat guru identik dengan sebutan “kuli kapur”, karena pekerjaannya yang berhubungan dengan papan tulis dan kapur, maka guru ditenggarai rentan terhadap penyakit TBC dan paru-paru. Pada masa itu guru masih termasuk pekerjaan yang tidak dikehendaki dan dihindari orang.
Saat ini, papan tulis hitam ( black board ) dan kapur tulis sudah diganti dengan white board dan spidol. Gambaran sosok Oemar Bakri pun mulai terpupus, kesejahteraan tak lagi menjadi masalah. Pekerjaan sebagai guru mulai menjadi pilihan yang berarti dan ramai dilirik orang. Namun, apakah guru sudah terbebas dari penyakit? Ternyata, masih ada setumpuk penyakit yang melekat dan menjadi stigma penyakit guru pada saat ini. Penyakit apakah gerangan?
1. Tipes : tidak punya selera
2. Mual : mutu amat lemah
3. Kudis : kurang disiplin
4. Asma : asal masuk kelas
5. Kusta : kurang strategi
6. TBC : tidak bisa computer
7. Kram : kurang terampil
8. Asam urat : asal sampaikan materi urutan kurang akurat
9. Lesu : lemah sumber
10. Diare : di kelas anak-anak remehkan
11. Ginjal : gajinya nihil jarang aktif dan terlambat
Penyakit tersebut diatas, sering dijadikan alat untuk mengolok-olok keadaan guru pada saat ini. Namun, meskipun penyakit diatas sering dianggap hanya sebagai guyonan namun cukup untuk membuat kita sedikit berintrospeksi menilai diri kita sendiri.
Sebenarnya kita sebagai guru bisa terhindar dari berbagai penyakit tersebut. Semangat untuk selalu memperbaiki kualitas diri merupakan langkah awal untuk memperoleh kekebalan yang diantaranya bisa kita peroleh melalui kegiatan Bermutu. Kualitas diri guru itu juga yang nantinya akan menjadi modal bagi suatu kemajuan, karena guru adalah pilar peradaban dan motor kemajuan suatu bangsa.
Selamat dan tetap semangat untuk semua. Mudah-mudahan semua upaya yang dijalankan dapat menghindarkan kita dari berbagai penyakit yang kerap datang menyerang dan menjadi stigma penyakit guru seperti tersebut diatas.
Komentar
Posting Komentar